top of page

Remah-Remah Cupcake

Sudah dua hari dus mika berisi enam cupcakes itu berada di meja ruang tamu. Erin, si pemesan, tak kunjung datang mengambil pesanannya. Kalau tidak salah, Erin memesan cupcakes untuk diambil pada tanggal 20, dan semenjak tanggal tersebut, dirinya sudah tidak pernah merespon pesan singkat atau whatsapp hannaacupcake. Padahal, sebelumnya ia sangat semangat ketika memberikan desain serta mengarahkan Hannaa untuk menjadikan cupcakes pesanannya yang terbaik yang pernah keluar dari studio hannaacupcake.

Tak ada yang mengerti pasti alasan Erin tidak mengambil pesanannnya, meskipun telah memesan dan membayar sejak satu bulan yang lalu. Menggambarkan bahwa Erin sangat antusias dalam mengirim pesan kepada penerimanya melalui cupcakes.

H-2 pengambilan kue -- Erin dan Hannaa masih intens melakukan komunikasi. Mereka sepakat untuk meletakkan dua karakter tiga dimensi -- satu karakter pria dan satu karakter wanita. Setelah sepakat, selang satu jam, Erin kembali mengingatkan Hannaa supaya di sekeliling cupcakenya ditaburi ornamen-ornamen manis seperti gambar hati , bintang, dan sejenisnya.

Tapi, hati Erin mulai resah. Justru kebawelan dirinya kepada Hannaa adalah sebagai pelarian keresahnnya. Tak tahu lagi kemana ia harus meresahkan diri kepada seseorang. Sudah jam 10 malam. Erin masih belum tenang. Tak ada niatan dirinya untuk keluar dari kamar, apalagi memejamkan matanya untuk menemui hari esok.

Erin seorang yang manis dan lucu. Ia suka menganggap rendah dirinya, karena tidak mampu mengungkapkan perasaan kepada orang sekitarnya. Ia menamatkan kuliah jurusan Farmasi, dan terbilang cukup ahli dibidangnya. Farmasi. Seketika ia ingat seorang teman kampusnya yang sama-sama tidak ahli mengungkapkan perasaan. Kawannya itu bernama Lucy. Mereka berdua beradu kata melalui smartphone, dan berjanji untuk bertemu besok malam.

H-1 pengambilan kue. Hannaa sudah memasak kue untuk Erin. Ia juga sedang melakukan riset terkait desain yang diinginkan Erin. Sementara itu, Erin dan Lucy bertemu di temaram malam Selatan Jakarta. 15 menit setelah mereka berjabat tangan, Erin mulai resah dan harus menuangkannya ke seseorang yang selalu resah -- menurutnya itulah cara terbaik untuk merasa lebih baik.

"Aku tidak yakin." buka Erin. "Bukan karena apa, tapi aku tidak suka pengikatan seperti ini. Tapi aku terjebak dengan dia karena selalu bertemu setiap hari selama enam tahun." tutup Erin singkat. Lucy memahami hal tersebut dan langsung membuang pandang ke atas langit. ia mendehem. Tetapi tidak keluar kata. Selebihnya Erin bercerita ini-itu sampai dengan smartphonenya berdering. Sebuah pesan dari Hanaacupcake yang berisi "Kak, cupcakesnya sudah jadi. Bisa diambil besok." Tak hanya Erin, Lucy juga ikut melihat pesan itu.

Buat Lucy, deringan tadi merupakan pelarian dari situasi yang dihadapinya. Ia harus keluar dari keresahan Erin, karena dirinya pun sedang resah. Menanggapi pesan tersebut, Erin malah menonaktifkan smartphone produk Jepang itu. Lucy tahu, dirinya kini dibebani tanggungjawab untuk menyelamatkan kue pesananan Erin. Hal tersebut muncul sendiri dari Lucy -- empatinya berlebihan.

Pukul 10 mereka berpisah, dan Erin langsung menghidupkan kembali ponselnya untuk memberi pesan singkat kepada Hanna yang berisi, "Terima kasih kak. Tapi kalau boleh, tolong ganti tulisan "Happy Engagement" di cupcake dengan "Failed Engagement" yaa." Sesaat Hannaa membaca pesan tersebut, Erin kemudian menyiapkan ransel dan mengisinya dengan barang-barang tidak penting. Sedangkan, di tengah kantuk, Hannaa harus melakukan revisi kuenya, karena harus selesai sesuai perjanjian -- tanggal 20 pagi. Juga sambil kebingungan. Mengapa sebuah rencana tunangan yang apik, tetiba menjadi "failed".

tanggal 20 dinihari Erin keluar dan memantapkan dirinya untuk pergi ke arah timur. Ia bersikukuh untuk menggagalkan tunangannya dengan Marco. Entah kemana Erin menuju, yang jelas semenjak itu tidak ada yang melihatnya berseliweran di tempat kerjanya di daerah Senopati, ataupun di rumahnya di daerah Pejaten. Marco, hanya tahu, sejak dua hari yang lalu Erin tidak ingin diganggu karena sedang fokus melakukan pekerjaannya meracik obat -- karena dua kawan kerjanya sedang mengambil cuti.

Marco tahu bahwa Erin sempat memesan cupcakes di hannaacupcake. Artinya ia yakin, hilangnya Erin hanya sementara, karena selain bertanggungjawab, Marco tahu kalau Erin sangat menyayangi dirinya. Cuma satu sisi lain belum diketahui oleh Marco, Erin seorang free-spirit. Ia akan pergi kemanapun ia mau, meski resikonya adalah kematian. Dengan penuh pertimbangan, Erin akan melalukan hal yang dianggap gila. Marco tidak mengetahuinya, karena pertemuan mereka selalu didominasi oleh lontaran kata-kata dari Marco. Saat menyetujui untuk bertunangan, Erin hanya mempertimbangkan nasihat orang tuanya, yang terlalu kolot dan selalu bersilang paham dengan dirinya.

Sekarang Erin telah hilang. Nomornya tidak terjangkau. Marco pun dengan mudah mencari kontak wanita lain di ponselnya dan mengajak meneguk beberapa gelas beer untuk melupakan kejadian ini, dan mengingatkan bahwa dirinya sangat mudah menggaet wanita lain.

Tapi apa kabar si cupcakes...

Jam 08.45 kue telah terletak di ruang tamu rumah workshop hannaacupcake. Selang setengah jam kemudian, di tempat berbeda, Lucy bangun dari kasurnya, dan menyadari bahwa hal ini akan terjadi. Ia mendapat banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari Marco. "Ya, Erin! Lari lah! Hilangkan semua yang membuatmu resah. Aku tidak akan pernah menjadi engkau. Kuanggap dirimu sebagai tokoh heroik yang bisa merepresentasikan dan menyelamatkan aku -- meskipun tidak dalam dunia nyata." Lucy berkata di dalam hatinya.

Cupcake itu tak kunjung beranjak dari ruang tamu. Udara yang lembab menyebabkan bahan utamanya -- fondant -- melembek dan luntur. Sosok karakter pria dan wanita kini sudah berubah bentuk. Tak kunjung juga ada orang yang mau datang dan mengambil benda dengan plastik mika, lapisan dasar berwarna emas, dan enam cupcake dengan tiga diantara sebuah banner fondant bertuliskan "Failed Engagement".

Setelah dua hari berlalu, kue itu seakan hiasan meja di workshop hannaacupcake. Sampai dengan pada suatu siang yang sangat terik, bel berbunyi. Seorang supir gojek bernama Syamron datang dan mengaku mendapat tugas untuk mengambil pesanan cupcake atas nama Erin. Dengan lega, Hannaa keluar dan memberikannya kepada Syamron dengan kondisi cupcake yang sudah tidak prima lagi.

Syamron lalu pamit dan menuju Jalan Radio Dalam. Selang setengah jam, sepasang tangan Lucy menerima cupcake tersebut dan setelahnya ia masuk rumahnya untuk meletakkan cupcake tersebut di ruang tamu. Baginya, itu merupakan tugas yang harus ia lakukan. Kue kecil bernama cupcake itu akan selalu mengingatkan Lucy bahwa manusia memiliki kehendak. Tidak memiliki tujuan, tapi harus siap menghadapi situasi apapun dan kapanpun.

Lucy biarkan cupcake itu berdiam diri di tempat yang sama seperti terakhir kue itu berada di tempat hannaacupcake: ruang tamu.

Marko sudah lupa bahwa ada peristiwa seperti ini di dalam hidupnya.

Erin... BIarkan dirinya berkelana. Tidak ada yang tahu di mana Erin.

Dan si kue, masih berada di sana. Tak terpinggirkan meski enam bulan telah berlalu.

(Damn!)

Featured Posts
Check back soon
Once posts are published, you’ll see them here.
Recent Posts
Archive
Search By Tags
No tags yet.
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page