top of page

Let's Get Lost

Ia sedang berdiri menghadap sebuah layar jadwal penerbangan. Ini merupakan kehadiran ke-enam kalinya bagi Welly di area keberangkatan Bandara Soekarno-Hatta. Setidaknya dalam tiga bulan terakhir ia telah berkelana melakukan perjalanan, baik itu dalam negeri maupun luar negeri.Tak ada tujuan khusus baginya, hanya untuk membuka cakrawala baru mengenai manusia dan kehidupannya. Selain itu, ia juga gemar mengambil gambar atau video dokumentasi selama perjalanan.

Kali ini, Ia akan berangkat ke Phnom Penh dan transit di Kuala Lumpur. Dalam tiga bulan terakhir ini, Welly telah berangkat dari Bandara terbesar di Indonesia ke beberapa destinasi yaitu Balikpapan, Bangkok, Manilla, Manado, dan Padang. Destinasi tersebut ia pilih karena alasan yang tidak penting: meminta pacarnya -- Sheryl -- untuk menyebut satu kota di Asia Tenggara.

Welly bukan kategori orang kaya. Tetapi ia memiliki usaha start-up yang sedang naik daun, dan pandai dalam masalah mengatur keuangan. Tiap pergi, setidaknya ia membutuhkan waktu seminggu. Tiap ia pergi pula, Sheryl merasa kangen luar biasa, sekaligus kesal karena tidak bisa menemani Welly bepergian.

Sheryl, masih harus berkutat dengan pekerjannya sebagai staf marketing di sebuah korporasi di Jakarta Pusat. Namun, ia sedang mempertimbangkan diri untuk resign dan mengambil langkah baru dalam karirnya. Ia sudah jenuh berurusan dengan hal berbau korporat, ditambah lagi keadaan lalu lintas Jakarta yang terlampau kacau. Menurutnya, kota tersebut sudah tidak layak ditinggali.

Selang beberapa jam, pesawat swasta berbendera Malaysia yang Welly tumpangi, telah mendarat di Bandara Phnom Penh. Sesampainya di tengah kota, ia terpukau melihat bangunan khas Eropa yang berseling dengan bangunan seperti kuil yang bersebaran di sekitar Ibukota Kamboja itu. Seraya mengambil gambar, Welly bergumam dalam hati, "Kenapa ga dari dulu gw ke sini. Ah! Pasti daerah lain di Dunia juga memiliki keunikannya sendiri. Gue ga boleh cuma melihat dari internet. Tapi harus hadir di sana. Merasakan atmosfernya."

Ketika sedang duduk di pinggir sungai Tonle Sap, Welly dihampiri dua orang dari Korea Selatan: Kim dan Jeong. Mereka berdua penasaran karena Welly menggunakan kaos khas Indonesia. Dua orang Korea Selatan tersebut selalu ingin datang ke Indonesia, namun selalu ada halangan untuk datang.

Sejam berlalu, mereka harus berpisah, dan Welly kembali sendiri. Disinilah, titik dimana Welly baru merasakan kesepian, ketika ia habis bercengkerama dengan orang asing, dan kemudian ditinggal pergi. Dan ketika itu pula wajah serta keceriaan Sheryl hadir di bayangnya. baru satu hari berangkat ia sudah goyah pedalamannya, dan menginginkan kehadiran wanita itu.

Di lokasi berbeda dengan waktu yang sama, Sheryl sedang melakukan makan malam kantor di sebuah restoran mewah di Jakarta. Sebaliknya, Sheryl kini ramai dipadati manusia yang ia kenal. Namun tetap, hatinya sepi. Bukan ini jalan yang ingin ia ambil dalam kehidupannya. Tapi apa boleh buat, ini tuntutan -- tuntutan sosial.Tanpa banyak pikir, Sheryl pamit pulang duluan, dan sembari pulang, Sheryl merencanakan langkahnya setelah memutuskan resign nanti. Sesampainya di rumah, Sheryl pastikan kepada ibunya, "Mam, ini adalah bulan terakhir Sheryl kerja untuk korporasi itu!" Ibunda Sheryl yang sudah setengah baya itu mengiyakan sambil membalas, "lakukanlah! Apapun itu yang dilahirkan dari keinginan pribadi dan dibenarkan oleh hati serta pikiranmu."

Malam itu, Sheryl dan Welly sempat bertukar pesan, meski cuma sebentar. Karena ternyata sangat susah mendapat sinyal di Phnom Penh. Sheryl belum bilang rencananya, tetapi Welly sudah menanyakan kota berikutnya yang akan ia sambangi. "Ambon!" Jawab Sheryl. Welly juga tidak tahu bahwa keesokan paginya Sheryl sudah membeli tiket pesawat ke Ambon untuk mereka berdua.

Semakin sering Welly bepergian, semakin tahu ia rasanya sendiri, semakin tahu rasanya sendiri semakin asing dia dengan Sheryl. Dalam hatinya pun, welly ingin ditemani Sheryl, namun kondisinya tidak memungkinan. Oleh karena itu, ia sempat berpikir untuk menghentikan kegiatan bepergian ini dalam waktu yang lama. Supaya lebih sering bertemu dengan Sheryl.

Seminggu telah berlalu, tepat pukul 6 pagi Welly sudah berada di Bandara Phnom Penh dengan pelukan udara bersuhu 27 derajat celsius. Ia akan pulang ke Jakarta. Ia sudah berjanji dengan Sheryl untuk bertemu di kedai kopi kesukaan mereka di daerah Kemang Timur pada pukul tujuh malam.

Disaat bersamaan, Sheryl sedang ingin berangkat ke kantor untuk menandatangani surat pengunduran diri. Welly tidak tahu menahu. Beberapa hari sebelumnya, Sheryl sudah memesan cupcake untuk mengutarakan pesannya kepada Welly malam nanti.

Welly kembali mendarat di Jakarta, Sheryl sedang terjebak macet di Jalan Kebon Sirih. Ternyata mereka baru bisa bertemu di tempat janjian sekitar pukul sepuluh. Situasi yang membuat orang itu merasa stress. Apalagi kalau dilakukan setiap hari.

Saat bertemu, mereka berdua melepas kangen. Dan Sheryl menceritakan apa yang ia lakukan di hari itu. Setelahnya, dari bawah meja, ia keluarkan dus mika gold berisi cupcake, dan Welly ternganga. Bukan kaget, tetapi senang karena akhirnya ia bisa melakukan perjalanan bersama dengan kekasihnya. Meski masa depan mereka berdua masih samar, keputusan yang mereka ambil saat itu adalah benar menurutnya.

Tak cuma itu, tengah malam nanti Welly berulang tahun, mengubah angka di status sosialnya. Hal yang tidak penting kata Welly, namun apapun itu, ia akan mengapresiasi apa yang Sheryl lakukan.

Untuk merayakan, gelas beer demi gelas beer mereka pesan dalam kesyahduan malam Jakarta -- juga ditemani rintikan hujan. Dan cerita...

(Damn!)

Featured Posts
Check back soon
Once posts are published, you’ll see them here.
Recent Posts
Archive
Search By Tags
No tags yet.
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page